Koneksi Antarmateri Modul 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN

SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

oleh: Sriyanta
CGP Angkatan 6 dari SMAN 1 Wonosari 

Pendahuluan

Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam Patrap Triloka, yakni: Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani tidak hanya untuk diimplementasikan saat pembelajaran dengan murid saja. Namun nilai yang terkandung di dalamnya bersifat universal, dapat diterapkan pada berbagai situasi, terutama yang berhubungan dengan manusia lain. Oleh karena itu patrap triloka juga dapat diterapkan saat kita dalam posisi sebagai pemimpin yang dituntut untuk dapat mengambil suatu keputusan.

         Dengan memperhatikan lingkungan, seorang pemimpin yang tanggap dapat segera menerapkan salah satu patrap triloka:

1.   Ing ngarso sung tuladha diterapkan saat orang sekitar cenderung pasif, kurang berani memberikan masukan/saran untuk pengambilan keputusan, maka kita harus tampil untuk memberikan contoh pengambilan keputusan yang baik

2.   Ing madya mangun karsa diterapkan saat orang sekitar sudah memiliki semangat yang bagus namun masih kurang terarah dengan baik, maka kita memberikan dukungan dengan cara-cara membangkitkan ide atau memberi pemantik serta mengarahkan ke langkah yang seharusnya diambil

3.   Tut wuri handayani diterapkan bila orang sekitar sudah dalam keadaan sangat ideal, dalam arti memiliki semangat tinggi dan sumber daya sudah terarah dengan baik, maka tugas kita tinggal mengikuti dan memantau proses dan langkah-langkah yang diambil dalam suatu keputusan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kejelian dan kecermatan kita dalam mengamati dan menilai lingkungan menjadi hal yang sangat penting.

 

Pengambilan Keputusan yang Baik

         Dukungan pengalaman pribadi, terutama yang terkait dengan nilai-nilai universal yang telah kita pahami dan terapkan, akan sangat menentukan prinsip, warna, dan maslahatnya pengambilan keputusan kita terhadap suatu hal. Semakin banyak pengalaman empiris akan semakin membuat kita matang dan dewasa dalam pengambilan suatu keputusan.

         Materi dan latihan “coaching” atau bimbingan yang telah dilewati jelas sangat mendukung dalam pengambilan keputusan yang baik dan kreatif. Kegiatan coaching mengasah kita mempergunakan kemampuan diri untuk menggali potensi internal coachee, menemukan hambatan, menganalisis, menyampaikan solusi, dan sekaligus membuat coachee memiliki komitmen untuk melaksanakan solusi yang telah disampaikannya sendiri. Ini merupakan hal hebat bila benar-benar terasah dan terlatih.

         Hal lain yang tidak kalah penting dalam pengambilan keputusan adalah kemampuan mengelola dan memaksimalkan kompetensi sosial-emosional orang sekitar yang meliputi:

1.   Kesadaran diri: kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan

2.   Manajemen diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi

3.   Kesadaran sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda

4.   Keterampilan berelasi: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif

5.   Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.

Kelima hal di atas sangat berpengaruh terutama bila kita dihadapkan pada masalah yang berupa dilema etika, menghadapi dua hal yang sama-sama benar dan kita harus mengambil keputusan untuk memilih solusi.

         Nilai-nilai kebenaran universal yang dianut akan menentukan suatu kasus itu lebih dominan bersifat moral atau etika. Masalah moral adalah masalah benar-salah, kita harus tegas memilih untuk melaksanakan hal yang benar. Tidak dapat ditawar lagi. Sedangkan masalah etika adalah masalah benar-benar dan kita harus memilih solusi penyelesaian masalah. Kemampuan melihat suatu kasus itu adalah benar-salah (moral) atau benar-benar (etika) sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kita anut/pilih.

         Pengambilan keputusan yang tepat, dapat diartikan keputusan terbaik, tentu akan membuat lingkungan menjadi positif, kondusif, aman, dan nyaman. Setidaknya keputusan tersebut:

1.   Mendasarkan pada 3 (tiga) unsur, yakni:

·         Berpihak kepada murid,

·         Berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan

·         Bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan.

2.   Memperhatikan salah satu dari 4 (empat) paradigma, yakni:

·         Individu lawan kelompok (individual vs community)

·         Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

·         Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

·         Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

3.   Memilih salah satu dari 3 (tiga) prinsip, yakni:

·         Berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking)

·         Berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking)

·         Berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking)

4.   Menggunakan semua dari 9 (sembilan) langkah pengambilan keputusan, yakni:

1)  Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

2)  Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?

3)  Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?

4)  Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

a)  Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)

b)  Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)

c)   Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)

d) Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik maupun viral di media sosial? Apakah anda merasa nyaman? (Uji Publikasi)

e)  Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

5)  Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?

6)  Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai?

7)  Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

8)  Apa keputusan yang akan Anda ambil?

9)  Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

 

Tantangan dalam Pengambilan Keputusan

         Pengambilan keputusan untuk kasus-kasus dilema etika tidak lepas dari tantangan yang terkadang lebih memprioritaskan “apa kata orang” dan/atau kebiasaan pengambilan keputusan dari yang sudah pernah dilakukan. Padahal seharusnya kita benar-benar fokus pada penyelesaian masalah yang paling baik. Tantangan ini akan dapat bergeser atau berkurang setelah ada penjelasan yang lebih baik dan mengarahkan untuk melihat/mencermati dari paradigma lain yang lebih menyeluruh.

         Pengaruh pengambilan keputusan kasus dilema etika dengan pengajaran yang memerdekakan murid diantaranya adalah dengan pengajaran/pembelajaran berdiferensiasi. Diferensiasi dapat diterapkan lewat konten, proses, maupun produk. Tentunya kita tidak dapat menyamakan untuk semua murid karena potensi yang dimiliki pun juga berbeda-beda. Ada pepatah bagus untuk hal ini, “jangan mengajari ikan untuk memanjat pohon”.

         Situasi dan kondisi tertentu di sekolah dapat direkam oleh murid dengan baik dan terkadang akan menjadi hal yang tidak terlupakan. Akan dikenang sepanjang hayat. Pengambilan keputusan yang tepat oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran, akan sangat mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid.

 

Penutup

         Rangkaian pembelajaran pada modul-modul sebelumnya mendasari cara pengambilan keputusan yang baik. Proses pengambilan keputusan yang baik harus melewati tahapan:

1.   Memastikan bahwa yang terjadi adalah dilema etika; bukan bujukan moral

2.   Mempergunakan 4 paradigma pengambilan keputusan

3.   Mempergunakan 3 prinsip pengambilan keputusan, dan

4.   Mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan.

Kemungkinan akan ada hal yang di luar dugaan adalah pada tahap 9 langkah, yakni proses investigasi opsi trilemma.

         Sebelum mempelajari modul ini pernah mengalami pengambilan keputusan dilema etika, namun waktu itu masih sebatas mempergunakan hati nurani (nilai kebenaran universal) dan kebermanfaatan dari keputusan yang diambil. Setelah mempelajari modul ini, semuanya lebih jelas dan terang untuk mengambil langkah dan tindakan.

         Dampak setelah mempelajari modul ini adalah menjadi lebih baik dalam mencermati suatu kasus dan semakin berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Topik dalam modul ini sangat baik dan penting bagi kita sebagai individu maupun sebagai pemimpin karena tentu kita tidak dapat lepas dari masalah/kasus selama hidup ini.

==